Gelaran Budaya HUT RI ke-77 di RW 03 Kelurahan Oro-oro Dowo

Gelaran Budaya HUT ke 77 RI di RW 03 Kelurahan Oro-oro Dowo

KIM. RoDoWo, Malang, Di Balai RW 03 Kelurahan Oro-oro Dowo Kecamatan Klojen, seluruh warga RT 01-11 memadati Balai RW, menyaksikan pagelaran tari “Hanoman Gandrung”. Tentu saja Balai RW jadi padat.

Solikin, Lurah Oro-oro Dowo hadir dalam pagelaran tersebut, dalam sambutannya, pekik “Merdeka”, menggema di gedung RW. Nampak kekhawatiran Pak Lurah di raut wajahnya, gelaran seperti ini mustinya disediakan panggung dalam kondisi pandemi covid-19 saat ini yang belum pulih betul. (27/8/2022)

“Alhamdulillah, kita bisa menggelar dan melestarikan budaya bangsa Indonesia, janganlah budaya bangsa ini mati oleh budaya bangsa lain, tentu saja ke Indonesiaan ini akan ditelan oleh budaya bangsa lain. Itu jangan sampai terjadi,” tuturnya.

“Dan, pandemi covid-19 belum pulih betul, tolong tetap jaga prokes dan teruslah menjaga kesehatan untuk diri sendiri, keluarga dan tetangga sekitar. Menjaga kesehatan itu sangat penting baik untuk diri sendiri dan orang lain.” ingatnya.

Begitupun Anang, Ketua RW 03 menyampaikan pesannya bahwa dengan gelaran budaya mengambil tema menjaga persatuan dan kesatuan nasional ini bisa dilihat kehidupan bertetangga, bahwa dengan guyup rukunnya warga itu adalah wujud menjaga persatuan dan kesatuan dari yang terkecil yaitu Rukun Tetangga hingga skala besar yaitu nasional.

Tarian “Hanoman Gandrung’ menggambarkan betapa indahnya ketika usia muda dilanda asmara. Ah, indahnya yang tak akan terlupakan betapa kaum muda sejak kapan dimulainya tertarik pada beda jenis yang mengikat hati.

Budaya menunjukkan bangsa, ketika alunan gamelan dimainkan selepas matahari terbenam walaupun terdengar dari sound sistem bukan gamelan sungguhan tetapi tidak mengurangi indahnya liak liuk Hanoman dengan sang gadis berpakaian pewayangan budaya jawa.

Kebaya adalah karya budaya bangsa Indonesia, Kimono dan Yukata adalah karya budaya Jepang, Hangfu dan Tang Suit adalah karya budaya Cina, dan Mishla adalah karya budaya Timur Tengah. Dus, budaya menunjukkan bangsa.

Dekorasi payung dan sesaji khas budaya jawa berkombinasi Bali yang menghiasi backdrop Balai RW menambah semaraknya pagelaran budaya nusantara itu.

Tiga warga Oro-oro Dowo berkomentar, “Pagelaran budaya wayang orang seperti ini harus dilestarikan, siapa lagi yang bisa merawat dan meneruskan budaya bangsa ini kalau bukan kita sendiri.” seloroh salah satu warga.

“Tentu saja, masak bangsa Arab.” tandasnya yang lain. Mak Jlep.

“La yo! Mosok Bongso Cino,” tegasnya yang lain dengan logat jawanya yang kental. (red.KIM.RoDoWo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *