Belanja di Pasar Sekabrom
Malang, KIM RoDoWo, Lokasi Pasar Krempyeng Sekabrom Kelurahan Oro-oro Dowo Kecamatan Klojen Kota Malang yang berada dalam wilayah perkampungan RW 09. Kata pasar “Sekabrom” sebenarnya berasal dari nama 3 jalan di lingkungan RW 09, nama jalan itu adalah jalan Semeru, Katjutangan dan Jalan Bromo, disingkat sekabrom.
Pasar Sekabrom itu sejak lama berdiri yang semula hanya beberapa pedagang kemudian berjajar di sepanjang jalan Semeru, Bromo dan Katjutangan. Pasar rakyat atau pasar krempyeng Sekabrom menjual kebutuhan sehari-hari untuk warga setempat akhirnya berkembang menjadi pasar rutinitas dari pagi hingga malam hari, kemudian pengaturan dan peraturan perangkat RW sebagai berikut, yang pagi berjualan sekitar pukul 04.30 sampai 13.30, sedangkan malam hari, mereka berjualan dimulai siang hari jam 14.00 sampai 21.30an.
Para pedagang adalah warga setempat tetapi juga ada warga lain di luar warga RW 09, karena sejak lama mereka berdagang di wilayah setempat maka mereka dianggap warga sendiri bahkan dianggap seperti saudara sendiri karena sudah bertahun-tahun berdagang di wilayah RW 09 Kelurahan Oro-oro Dowo, dia adalah Mak Minem berasal dari Kabupaten Blitar. Mak Minem Kos di rumah warga RW 09. (11/7/2022)
Dari pantauan KIM RoDoWo, Mak Minem
berumur 77 tahun berjalan sedikit tertatih-tatih seiring matahari pagi beranjak dari peraduannya. Ah, betapa segar angin pagi mengusap kulit pewarta KIM RoDoWo yang sedang memantau gerak langkah Mak Minem menata dagangannya di bibir badukan balai RW 09.
Kokoh dan kuat sekuat geliat perekonomian saat ini walau setelah diterjang Pandemi Covid 19 yang meluluhlantakkan perekonomian banyak negara, tetapi Indonesia tetap bertahan karena semangat rakyatnya dan motivasi Jokowi presidennya termasuk seluruh kepala daerahnya. Perekonomian berjalan dan tidaknya suatu daerah dan negara terletak pada para pemimpinnya.
Ditemui awak media KIM Rodowo, Mak Minem berumur 87 tahun masih kokoh berdiri dan menonjok kejamnya dunia pasar, beliau masih gigih berjuang dengan jualan tahu tempe, sayur dan buah. Pendapatan kotor beliau adalah rata-rata 100 ribu perhari. Beliau Kos di rumah warga RW 09 sudah lama.
Cerita sekelumit Mak Minem, “Kulo (saya) berdagang ini sekedar mempertahankan hidup dan tak mau berdiam diri walaupun keluarga serta anak-anak kulo berharap agar untuk berhenti berjualan. Tapi kulo tak mau berhenti berjualan karena memang tidak betah di rumah dan tak ingin merepotkan anak-anak. Hidup tetap bekerja dan semangat, tidak lupa berdo’a.” kata Mak Minem
Dari pemantauan di lapangan keramaian pasar Krempyeng saat ini, pasca pandemi, mulai pukul 05.30 WIB, mayoritas kaum ibu dan para pekerja yang mulai berangkat kerja dan Ibu rumah tangga di sekitar warga RW 09 dan di wilayah RW 08, 04, 02 dan 01 dan sekitarnya.
Kata Ketua RW 09, Rochman Wahyudi yang akrab disapa Pak Awik menuturkan pada awak media KIM RoDowo, “Sejak saya kecil, bahkan kata orang tua kami, sebelum kami lahir para pedagang itu sudah ada sejak lama. Tepatnya saya kurang tau persis.” Kata Awik, panggilan akrab Bapak Ketua RW 09.
“Karena situasi yg berubah dari tahun ke tahun, semenjak adanya krisis moneter yang pernah terjadi secara nasional dan cukup lama, faktor itu juga yang menyebabkan terganggunya roda perdagangan di pasar krempyeng ini terdampak dan bahkan pedagang yang meninggal ada penggantinya sedangkan anaknya tidak mau berjualan memilih kerja di tempat lain.
Dengan perubahan situasi dan kondisi saat ini, maka pedagang yang ada dipusatkan di balai RW, seperti yang sampean lihat sendiri saat ini, pedagangnya berkurang. Memang ada beberapa pedagang dari warga dan ada juga yang datang dari luar kota.
Hari ini agak sepi karena kemarin Idhul Adha atau idhul kurban. Saat ini khusus pedagang sore sampai malam hanya warga di RW 09 yang banyak. Mereka ada yang jual makanan, warung kopi, terkadang masuk dari luar pedagang bawa gerobak roti, gerobak ronde, dan sate.
Kalau bakso, sudah ada yang bikin dari warga sendiri bahkan dijual keluar ke jalan Semeru, Katjutangan dan Bromo. Mereka satu keluarga.” Imbuh Ketua RW 09, Awik.
Di pasar Krempyeng atau pasar Sekabrom, banyak hal yang dijual sesuai dengan kebutuhan dapur yang dijajakan pedagang, mulai dari makanan ringan seperti gorengan, getuk, donat, sempolan, hingga cimol, sayur mayur dan buah. Dan juga ada yang dijajakan sayuran siap saji, seperti sayur bening, sayur asem, opor, lodeh, pecel, soto, pepes hingga lauk pauk seperti telur botok, ikan laut, dan ayam.
Salah satu pedagang gorengan, Bu Tinuk warga RW 09 juga pedagang pasar Krempyeng Sekabrom mengatakan, untuk tahun ini banyak pedagang dan juga banyak pembelinya walaupun pasca pandemi covid 19 ini.
“Sekarang itu pedagangnya berkurang sih, kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, banyak yang meninggal tetapi anak-anaknya tidak mau melanjutkan jadi pedagang. Mereka memilih kerja di tempat lain ada yang jadi tentara dan pegawai.” Kata Tinuk.
Termasuk Mak Minem pedagang pasar tradisional ini sudah bertahun-tahun di pasar Krempyeng Sekabrom ini, beliau orang Blitar tapi sudah seperti keluarga sendiri di RW 09 Kelurahan Oro-oro Dowo ini. Beliau Kos sendiri tanpa anak dan keluarga di lingkungan RW 09.
Mak Minem, di sela wawancara juga tetap menawarkan dagangan dan melayani pembeli yang datang. “Monggo silahkan Tahu Tempenya.” tawar Mak Minem pada pengunjung yang lewat.
Semakin siang, terlihat masyarakat terus berdatangan, kerap kali warga yang ingin berbelanja termasuk KIM RoDoWo, yang terus memantau jalannya aktifitas pasar Krempyeng Sekabrom.
Ramainya dan sepinya serta tutupnya pasar Sekabrom ini tak lepas dari kebijakan para pemimpinnya dan warga setempat. Perjalanan pasar ini sudah punya cerita dari turun temurun, dari buyut ke cicit hingga canggah sudah bertahun-tahun lamanya.
Masyarakat tetap akan mempertahankan pasar kampoeng tradisional tersebut untuk meningkatkan roda perekonomian warga setempat di samping mempertahankan budaya pasar yang dari tahun ke tahun digerus oleh pasar modern berdiri berjajar-jajar di pinggir jalan protokol seakan tidak teratur dan diatur.
Pengusaha retails nampak sering mbeling tetapi setidaknya ada jalan keluar bagi warga setempat untuk diikut sertakan dalam kiprahnya pasar modern tersebut untuk dijadikan sebagai pedagang binaan pasar tradisional yang berbasis karya kearifan lokal. Termasuk Tahu Tempe Mak Minem harus masuk Supermarket. Mak Minem harus tetap bertahan hidup. (KIM RoDoWo, kdr)
Mak Minem Jual Tahu Tempe, Foto Diambil hari Senin 11 Juli 2022 , Lokasi Pasar Krempyeng Sekabrom RW 09 Kel. Oro-oro Dowo